Supply chain adalah struktur yang kompleks. Dan praktik terbaiknya bisa bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Jadi, tahu model supply chain mana yang paling sesuai untuk bisnis Anda adalah yang paling penting.
Ada enam model supply chain umum yang bisa Anda terapkan. Tapi, secara umum, sebagian besar model ini berfokus pada dua bidang utama, yaitu responsiveness dan efisiensi.
Dari enam model ini, satu kelompok model berorientasi pada efisiensi dan yang lainnya berorientasi pada responsiveness.
Anda bisa memilih model yang paling cocok untuk bisnis Anda dengan mempertimbangkan tujuan dan kendala Anda, serta mengevaluasi proposisi nilai setiap model bagi bisnis Anda.
Nah, untuk membantu Anda melakukan proses evaluasi model supply chain yang tepat untuk bisnis Anda, Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Apa kerangka industri perusahaan Anda?
- Apa proposisi nilai yang ditawarkan bisnis Anda?
- Apa area yang menjadi fokus utama manajemen Anda?
Model supply chain yang berorientasi pada responsiveness lebih disukai ketika permintaan customer sangat ngga bisa diprediksi.
Model-model supply chain ini bisa jadi tumpang tindih di berbagai bidang. Model supply chain ini harus dirancang oleh manajer supply chain supaya sesuai dengan kebutuhan supply chain yang unik untuk masing-masing perusahaan.
Table of Contents
Mengapa pemodelan supply chain sangat penting?
Pemodelan supply chain adalah sebuah usaha yang harus Anda lakukan untuk menertibkan kompleksitas supply chain. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mencapai tujuan bisnis yang sudah Anda tetapkan.
Pemodelan ini akan berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:
- Apa yang diproduksi.
- Identifikasi pasar.
- Lokasi pabrik produksi.
- Menemukan supplier terbaik.
- Lokasi supplier dan pabrik.
- Manajemen inventory dan pengiriman.
- Distribusi produk jadi.
- Strategi manajemen gudang.
Tujuan akhir supply chain Anda haruslah menawarkan layanan customer yang memuaskan karena customer yang puas lebih besar kemungkinannya untuk setia pada brand Anda.
Untuk mencapai ini, Anda ngga cuma butuh model supply chain yang tepat, tapi juga seseorang untuk mengelolanya secara efektif dan efisien.
- Model supply chain Anda harus sesuai dengan tujuan yang sudah Anda tetapkan dan kuat.
- Model supply chain Anda harus punya visibilitas internal yang Anda perlukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah, bila diperlukan.
- Model supply chain Anda harus terus dievaluasi dan ditinjau ulang untuk menemukan solusi terbaik dari setiap keputusan kunci yang harus Anda buat.
Pemodelan supply chain memberi Anda alat yang Anda perlukan untuk mengelola:
- Kontrol inventory.
- Pengurangan biaya.
- Peningkatan efisiensi.
- Pemenuhan permintaan customer.
- Tanggapan terhadap permintaan pasar.
Semua bisnis yang sukses harus menyadari kalau seiring pertumbuhan bisnis mereka, investasi teknologi mereka, strategi supply chain, dan model pengambilan keputusan juga harus berkembang untuk mendukung pertumbuhan tersebut.
Pertanyaannya sekarang, apa saja model supply chain yang bisa Anda terapkan untuk bisnis Anda?
Sebelum kita masuk ke sana, saya mau mengajak Anda juga untuk bergabung dengan channel telegram scmguide karena bakal banyak lagi hal-hal menarik tentang supply chain management yang akan kita bahas di sana. Jadi, pastikan Anda juga bergabung ya.
6 Jenis model supply chain
Model continuous flow
Ini adalah salah satu model supply chain paling tradisional dan paling cocok untuk industri mapan yang sudah beroperasi dengan tingkat stabilitas tertentu.
Model ini menawarkan stabilitas dalam situasi di mana Anda punya permintaan pasar yang tinggi.
Produsen yang memproduksi barang yang sama berulang kali, dan punya profil permintaan customer dengan sedikit variasi, bisa memperoleh manfaat dari model ini.
Model ini mengandalkan stabilitas penawaran dan permintaan. Prosesnya dijadwalkan sedemikian rupa sehingga aliran informasi dan produk yang berkelanjutan bisa dipastikan.
Anda juga pasti suka:
Model agile
Model supply chain ini paling cocok kalau industri Anda berurusan dengan permintaan yang ngga terduga dan produk yang dibuat sesuai pesanan.
Model ini berfokus pada kemampuan supply chain untuk meningkatkan produksi pada saat itu juga, tapi bisa tetap statis ketika permintaan rendah.
Model ini menuntut kapasitas produksi berlebih dan prosesnya dirancang untuk batch produk sekecil mungkin.
Model fast chain
Model supply chain ini paling cocok kalau industri Anda memproduksi produk yang trendi dan punya siklus hidup yang pendek, seperti barang-barang fashion, misalnya.
Selain itu, dengan menggunakan model supply chain ini, Anda juga perlu segera mengeluarkan produk Anda sebelum tren berakhir. Model ini menawarkan tingkat fleksibilitas tertentu.
Untuk industri tersebut, proposal nilai bisnisnya dievaluasi dengan seberapa cepat dan efisien mereka bisa memperbarui katalog produk mereka sesuai dengan tren terbaru.
Tiga kemampuan utama model ini adalah:
- Perubahan dari konsep ke pasar dalam waktu singkat.
- Akurasi forecast paling tinggi untuk mengurangi biaya mediasi pasar.
- Efisiensi end-to-end (dari ujung ke ujung) untuk memastikan biaya yang terjangkau bagi customer.
Model Fleksibel
Model ini paling cocok kalau industri Anda tanpa permintaan yang ngga terduga atau puncak permintaan yang relatif bisa diprediksi dan mengelola beban kerja rendah pada periode yang lama.
Model fleksibel memberi bisnis Anda kebebasan untuk memenuhi puncak permintaan tinggi dan mengelola beban kerja volume rendah dalam waktu yang lama.
Produksi bisa dimulai dan dihentikan dengan mudah.
Empat kemampuan utama model ini adalah:
- Tumpukkan sumber daya yang critical.
- Kemampuan respon cepat.
- Kekuatan teknis dalam proses dan rekayasa produk.
- Alur proses yang dirancang supaya bisa dikonfigurasi ulang dengan cepat.
Model yang Dikonfigurasi Khusus
Seperti namanya, fokus utama model ini adalah menyediakan konfigurasi khusus, terutama untuk proses perakitan dan produksi.
Model ini adalah kombinasi dari model agile dan model continuous flow.
Ayo kita pahami lebih jauh mengenai model supply chain ini dengan mengambil contoh proses pembuatan mobil.
Biasanya, proses yang melibatkan sub-rakitan yang rumit, seperti merakit roda gigi dalam kotak transmisi rumit dan sangat memakan waktu karena interlinking yang rumit dari bagian-bagian kecil.
Tapi menggabungkan beberapa sub-rakitan ini ke dalam produk akhir itu semudah plug-n-play.
Misalnya, memasang kotak transmisi rakitan ke drive-train mobil.
Sama seperti itu, dalam kasus di mana perakitan akhir lebih sederhana dibandingkan dengan perakitan awal dan proses hilir lainnya, perakitan akhir dikelola di bawah model supply chain yang efisien, atau continuous flow.
Sedangkan konfigurasi sub-perakitan yang rumit dan proses hilir selanjutnya beroperasi dalam model yang agile.
Model efficient chain
Model ini paling cocok diterapkan kalau bisnis Anda beroperasi di pasar yang sangat kompetitif di mana penetapan harga memainkan peran besar dan bisnis berjuang memperebutkan kelompok customer yang sama.
Pasar, di mana customer mungkin ngga merasakan perbedaan besar dalam proposal nilai dari berbagai pesaing dan efisiensi end-to-end, adalah tujuan utamanya di sini.
Untuk mencapai hal ini, Anda harus memaksimalkan pemanfaatan mesin dan aset lain yang tersedia untuk mempertahankan efisiensi peralatan yang tinggi secara keseluruhan dan menghasilkan pengurangan biaya.
Manajemen inventory dan pemenuhan pesanan (order fulfillment) adalah area yang menjadi fokus utama untuk profitabilitas bisnis.
Anda juga pasti suka:
- Cara Menghitung Luas, Kapasitas, dan Utilisasi Warehouse
- 5 Langkah Sukses Strategi Distribution Management di Bisnis Retail
Supply chain berorientasi efisiensi
Sekarang, ayo kita lihat pengelompokkan model supply chain di atas berdasarkan orientasinya.
Model-model supply chain yang berorientasi pada efisiensi adalah seperti berikut ini:
- Model efficient chain.
- Model fast chain.
- Model continuous flow.
Ketiga model ini berorientasi pada prioritas efisiensi dan diarahkan pada industri tertentu seperti kertas, baja, semen, industri penghasil komoditas, dan industri budget fashion, misalnya.
Model ini sangat cocok diterapkan di pasar yang dibanjiri produk yang diproduksi serupa, dijual ke jenis konsumen yang sama, dan proposisi nilainya adalah kecepatan dan pemotongan biaya.
Model yang berfokus pada efisiensi akan memastikan kalau produsen punya inventory yang cukup untuk menjaga segala sesuatunya bergerak dengan cepat dan dengan ritme tertentu. Plus, memungkinkan mereka untuk membuat produk dalam jumlah besar dengan biaya yang lebih rendah.
Sebagian besar industri yang menggunakan model berorientasi efisiensi biasanya menawarkan barang bernilai rendah yang diproduksi dalam volume yang sangat tinggi.
Perusahaan seperti itu umumnya ngga menyimpang dari jalur produksi tradisional mereka.
Model supply chain yang berorientasi efisiensi memang punya beberapa manfaat, tapi juga punya beberapa kelemahan, seperti:
- Bisa menyebabkan kelebihan inventory.
- Model ini bukan model yang paling hemat biaya dalam semua kasus.
Supply chain yang responsif
Sedangkan model supply chain lainnya adalah yang berorientasi pada responsiveness. Tiga model supply chain responsif ini mencakup:
- Model agile.
- Model fleksibel.
- Model yang dikonfigurasi khusus.
Model yang digerakkan oleh responsiveness ideal untuk situasi “sesuai permintaan” ketika ada ketidakpastian dalam pembuatan produk.
Model-model ini menawarkan fleksibilitas untuk industri yang butuh pesanan khusus, produk trendi, dan untuk produsen yang punya kemampuan untuk sering melakukan perubahan pada produk mereka.
Contoh yang baik dari model ini adalah produsen yang menghasilkan produk untuk industri yang berbeda tapi supply chain mereka cukup fleksibel untuk dengan cepat mengganti bahan baku dan supply lain yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan khusus klien tertentu.
Minggu ini mereka mungkin membuat suku cadang untuk sebuah pabrik mobil. Minggu depan, mereka mungkin membuat fastener untuk proyek konstruksi.
Model supply chain yang berorientasi pada responsiveness juga punya beberapa manfaat, dan tentu saja punya beberapa kelemahan, seperti:
- Model-model ini sangat bergantung pada kemampuan prediksi manusia untuk memprediksi tren.
- Dalam model ini, staf yang kurang terlatih bisa membuat beberapa kesalahan kritis yang bisa menjadi sangat mahal harganya.
- Model-model ini membutuhkan sedikit interaksi manusia, membuat sistem rentan terhadap kesalahan manusia.
Kesimpulan
Dari sudut pandang orang luar, mengidentifikasi model supply chain yang tepat untuk digunakan mungkin sulit karena kesamaan tiap model satu sama lain dan struktur seperti jaring yang saling berhubungan. Tapi, semuanya punya tujuan besar yang sama.
Sebagian besar supply chain yang produktif memilih sebuah model sebagai dasar dan kemudian mereka menyesuaikannya untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka.
Biasanya itu merupakan perpaduan antara teknologi canggih dan sentuhan hubungan manusia untuk menciptakan model supply chain yang bisa membawa mereka menjadi yang terbaik dari kedua area tersebut (efisiensi dan responsiveness).
Bagaimana Anda menentukan model supply chain Anda? Saya akan sangat senang untuk mengetahuinya dari komentar Anda di sini.
Semoga bermanfaat!
”Kalau anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan juga ke rekan-rekan anda lainnya dan gabung dengan scmguide telegram channel untuk mendapatkan artikel bermanfaat lainnya dari blog ini.”