Menguasai seluruh teori dan konsep tentang supply chain management saja ternyata ngga cukup untuk membuat seseorang sukses dalam menjalankan, apalagi meng-improve, operasi supply chain di tempatnya bekerja.
Kenapa begitu?
Saya akan bercerita tentang seseorang yang begitu menguasai segala hal tentang teori dan konsep supply chain management. Dia seperti kamus berjalan. Apa pun yang ingin Anda tanyakan, dia bisa menjawabnya dengan detail.
Berbekal dengan pengetahuannya tersebut, dia mampu menganalisa kondisi operasi supply chain di tempatnya bekerja saat ini. Dan dari situ, dia bisa membuat berbagai macam rencana untuk meningkatkan kinerja operasi supply chain tersebut.
Segala macam model supply chain dan kalkulasinya, bisa dia buat dengan mudah. Rumus apapun tentang operasi supply chain, dia sangat hafal.
Top Management tentu saja sangat berharap dia bisa mengubah dan memperbaiki jalannya operasi supply chain perusahaan saat ini. Untuk itulah dia diperkerjakan. Untuk bisa membawa perubahan positif untuk bisnis perusahaan.
Tapi, selang beberapa waktu, perubahan yang diharapkan ngga kunjung datang. Ngga ada satu pun yang berubah dari apa yang sudah berjalan saat ini.
Apa masalahnya?
Kenapa segala kemampuan yang dimiliki orang tersebut ngga bisa membuatnya membawa perubahan positif untuk perusahaan?
Apa yang salah?
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, pastikan kalau Anda juga sudah bergabung dengan scmguide telegram channel supaya ngga ketinggalan update artikel terbaru lainnya dari blog ini.
Table of Contents
Tugas pertama
Melihat ngga ada hasil positif yang diraih orang tersebut, Top Management mulai bertanya-tanya apa yang salah.
Mereka sangat ingin tahu kenapa orang sekompeten itu ngga berhasil membawa perbaikan yang diharapkan.
Dan mereka pun mulai menginvestigasi apa yang mungkin berjalan salah dibandingkan dengan apa yang tertulis di atas kertas.
Anda juga pasti suka:
- Bagaimana Keputusan Supply Chain yang Salah Bisa Menghancurkan Sebuah Bisnis
- 6 Langkah Sukses Penerapan Sistem ERP di Perusahaan Anda
- Cara Menentukan Target Cost Reduction Berdasarkan Supply Chain Cost Drivers
Alasan di balik kegagalan
Setelah melakukan investigasi, ternyata masalahnya bukanlah pemahaman orang tersebut tentang supply chain management.
Dia tahu persis apa yang sedang terjadi dalam operasi supply chain perusahaan berdasarkan hasil analisanya.
Dan dia pun sangat tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki jalannya operasi yang salah.
Tapi, supply chain management bukanlah sebuah pekerjaan individu.
Supply chain management melibatkan banyak fungsi, kalau ngga mau dibilang semua, dalam satu perusahaan, bahkan dengan yang di luar perusahaan.
Dan orang tersebut ternyata ngga mampu untuk menggerakkan berbagai fungsi tersebut untuk membuat perbaikan yang diinginkan.
Kenapa?
Karena setuap orang punya kepentingannya masing-masing. Dan mereka pun punya pemahamannya sendiri-sendiri tentang apa itu supply chain management. Ada yang punya pemahaman yang tepat, tapi ngga jarang juga orang yang mengira kalau supply chain management dan logistik adalah hal yang sama.
Lebih jauh lagi, ngga semua orang mau mengorbankan KPI departemennya untuk mencapai hasil operasi supply chain yang lebih baik secara keseluruhan. Karena seringkali dibutuhkan trade-offs antara KPI departemen yang satu dengan yang lain kan?
Misalnya, tim sales tentu ingin memastikan kalau inventory yang mereka perlukan selalu tersedia. Mungkin mereka ingin punya inventory sebanyak-banyaknya. Sementara tim gudang, ngga ingin menyimpan terlalu banyak inventory di tempat mereka. Di sinilah terjadi trade-offs terkait apa yang harus dilakukan.
Ngga berhenti sampai di situ. Perubahan itu bisa jadi sangat menakutkan. Orang cenderung ngga ingin berubah. Apalagi kalau itu sampai mengharuskan mereka mengubah apa yang selama ini mereka lakukan. Mereka terlalu nyaman dengan cara mereka bekerja saat ini. Kenapa harus diubah kan?
Seorang supply chain manager harus bisa mendobrak itu semua. Dia harus bisa meyakinkan fungsi-fungsi terkait untuk mendukung perubahan positif yang diharapkan.
Anda ngga bisa memaksakan tujuan Anda begitu saja pada mereka. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, setiap orang atau departemen juga punya tujuan mereka masing-masing. Tujuan-tujuan itulah yang harus disatukan dan disamakan untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu tujuan perusahaan.
Kalau Anda sebagai supply chain manager memaksakan rencana Anda tanpa mengubah persepsi berbagai fungsi lebih dulu, Anda akan ditinggal. Orang-orang akan menarik diri dari Anda. Anda ngga akan mendapatkan dukungan yang Anda butuhkan.
Dalam cerita di atas, orang tersebut gagal bukan karena dia ngga tahu apa yang harus dilakukan. Tapi dia gagal, karena dia ngga bisa melakukan pendekatan yang baik dengan orang-orang yang bekerja di berbagai fungsi yang terkait dengan supply chain management.
Sekali lagi saya sampaikan, supply chain management melibatkan banyak fungsi untuk bisa berhasil. Pekerjaan ini melibatkan banyak orang dengan isi kepala dan kapasitas mereka masing-masing.
Dan itu ngga melulu tentang orang-orang yang secara organisasi berada setara atau di bawah Anda, tapi juga dengan orang-orang yang punya kedudukan lebih tinggi dari Anda. Dan menggerakkan orang pada posisi itu akan jauh lebih sulit.
Sebagai supply chain manager, Anda perlu punya kemampuan untuk menggerakkan orang. Interpersonal skills Anda harus terus diasah lebih baik dan lebih baik lagi. Tentu saja tanpa mengesampingkan pemahaman supply chain management itu sendiri.
Kalau Anda ingin berhasil dalam supply chain management, maka Anda harus menguasai keduanya.
Semoga bermanfaat!
Kalau Anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan juga ke rekan kerja Anda yang lain. Pastikan kalau Anda juga sudah bergabung dengan scmguide telegram channel untuk tetap mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari blog ini dan lebih banyak insight seputar supply chain management lainnya. Semua artikel dalam blog ini bebas Anda gunakan untuk apa pun tujuan Anda, termasuk komersil, tanpa perlu memberikan atribusi.