Desember 9, 2024

Bagaimana Memperlakukan KPI dengan Cara yang Benar untuk Meningkatkan Kinerja Supply Chain Anda

Beberapa orang cuma ingin menunjukkan angka KPI yang bagus. Mereka ingin menghindari pertanyaan dari Top Management kenapa target KPI mereka ngga tercapai.

Banyak cara untuk mendapatkan angka KPI yang bagus ini, termasuk mengubah bagaimana perhitungan dilakukan.

Yang jadi masalah, di satu sisi memang KPI tersebut akan terlihat bagus. Semua terlihat ter-manage dengan baik. Tapi sebetulnya ada sisi negatif dari praktik seperti ini.

Kita ambil contoh salah satu KPI, yaitu Truck Fill Rate.

Misalkan ada dua ukuran truk yang digunakan, truck 1 punya kapasitas 25 m3, sedangkan truck 2 punya kapasitas 20 m3. Kedua truk tersebut digunakan untuk mengirimkan barang ke tujuan yang sama dengan biaya transportasi yang sama.

Dari kalkulasi Truck Fill Rate, keduanya menunjukkan angka 95%. Terlihat kalau kedua truk tersebut punya keterisian yang baik. Tapi apakah benar begitu? Apakah ngga ada masalah dalam kasus ini?

Inilah yang akan kita bahas pada postingan kali ini. Bagaimana dan apa sebenarnya fungsi dari KPI yang kita punya.

Tapi sebelum kita bahas lebih dalam, pastikan kalau Anda juga sudah bergabung dengan scmguide telegram channel karena bakal banyak lagi hal menarik seputar supply chain management yang saya bagikan di sana dan supaya Anda tetap mendapatkan notifikasi postingan terbaru dari blog ini.

Masalah yang harus dipecahkan

Mengambil contoh yang sama seperti di atas, apa yang sebenarnya harus dilakukan? Apakah benar Truck Fill Rate secara keseluruhan mencapai 95%?

Apakah hal yang wajar kalau dengan Truck Fill Rate yang sama, dengan biaya yang sama, tapi volume barang yang diangkut berbeda?

Apakah Truck Fill Rate tersebut harus dihitung berdasarkan kapasitas masing-masing truk atau berdasarkan kapasitas yang diharapkan?

Anda juga pasti suka:

Masalah yang sebenarnya terjadi

Ayo kita lihat lebih dalam.

Dengan biaya pengiriman yang sama, seharusnya Anda bisa membawa volume barang (m3) yang sama juga. Kalau ngga, Anda akan rugi.

Dan dalam contoh di atas, Anda akan rugi karena dengan biaya yang sama, volume barang yang diangkut dalam truk berbeda.

Truk 2 membawa muatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan truk 1. Artinya, cost/m3 truk 2 lebih tinggi dari truk 1.

Secara Truck Fill Rate, kedua truk menunjukkan keterisian yang sama, yaitu 95%, yang membuat masalah cost/m3 di atas jadi ngga terdeteksi.

Dan logikanya, dengan biaya yang sama, Anda harus mendapatkan kapasitas pengangkutan yang sama kan?

Anda harus punya standar, dengan biaya tersebut, berapa kapasitas truk yang harus Anda dapatkan.

supply chain KPI

Kita ambil contoh, dengan biaya tersebut, Anda harus mendapatkan kapasitas truk 25 m3. Sehingga, dengan Truck Fill Rate 95%, muatan yang Anda bawa adalah sebanyak 23.8 m3.

Tapi, untuk truk 2, dengan kapasitas cuma 20 m3, maka Anda cuma bisa membawa muatan sebanyak 19 m3 dengan asumsi Truck Fill Rate 95%. Dan perbedaan ini ngga akan terlihat kalau Anda menghitung Truck Fill Rate Anda berdasarkan kapasitas masing-masing truk.

Kalau Anda memakai standar yang sama, misalkan 25 m3, maka Truck Fill Rate truk 2 cuma mencapai 76% (19 m3 dibagi dengan 25 m3). Dari sini, Anda bisa melihat kalau ada masalah dengan pengiriman truk 2.

Dengan menyamakan pembagi dari perhitungan Truck Fill Rate di atas, Anda jadi bisa mengidentifikasi kalau ada yang harus Anda perbaiki dengan pengiriman truk 2. Dan dalam hal ini, Anda harus memeriksa apakah muatan truk 2 itu memang kurang atau ada masalah lain, dalam hal ini ternyata truk 2 punya ukuran yang lebih kecil dibandingkan truk 1.

Karena itu, solusinya adalah mengganti truk 2 dengan ukuran yang sama dengan truk 1, bukan menambah muatan truk 2 karena ngga akan muat dalam truk tersebut.

Dan semua itu bisa Anda ketahui kalau Anda punya standar yang sama untuk perhitungan KPI Anda.

Kesimpulan

KPI bukanlah sekedar laporan yang harus selalu bagus. Lebih dari itu, tujuan sebenarnya adalah untuk menangkap apa yang sesungguhnya terjadi dalam operasi supply chain Anda.

Dengan begitu, Anda akan tahu apakah ada masalah atau ngga dengan operasi Anda. Anda jadi bisa mengidentifikasi masalah, mencari akar permasalahannya, dan mengambil langkah yang tepat untuk memperbaikinya.

Semoga bermanfaat!

Kalau Anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan ke rekan Anda yang lain dan bergabunglah dengan scmguide telegram channel. Ada banyak lagi insight seputar supply chain management yang saya bagikan di sana dan supaya Anda ngga ketinggalan notifikasi postingan terbaru dari blog ini. Semua artikel dalam blog ini bebas Anda gunakan untuk apa pun tujuan Anda, termasuk komersil, tanpa harus memberikan atribusi.

Avatar photo

Dicky Saputra

Saya adalah seorang profesional yang bekerja di bidang Supply Chain Management sejak tahun 2004. Saya membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja keseluruhan supply chain mereka.

View all posts by Dicky Saputra →