Salah satu pertanyaan besar yang harus dijawab dalam setiap bisnis adalah mengenai strategi apa yang akan anda terapkan untuk bisnis anda. Apakah anda akan menerapkan strategi make to order atau make to stock?
Memang apa sih apa bedanya? Bagaimana perubahan strategi tersebut bisa membantu bisnis anda?
Coba lihat gudang anda. Kalau anda punya banyak produk yang menumpuk di gudang sebagai inventory, mungkin sekaranglah saatnya anda beralih dari strategi make to stock menjadi make to order. Jadi, anda ngga akan lagi menyimpan banyak stock di setiap akhir periodenya.
Make to order (MTO) atau make to stock (MTS) digunakan oleh berbagai perusahaan dengan pertimbangan mereka masing-masing.
Nah, pertanyaannya adalah strategi apa yang paling sesuai untuk bisnis anda?
Itu yang akan kita bahas kali ini.
Make to order VS make to stock.
Dan namanya bisnis, harus fleksibel. Tergantung dari keadaan yang sedang dihadapi. Anda harus siap kalau harus berpindah dari satu strategi ke strategi lain untuk memenuhi perubahan permintaan customer.
Table of Contents
Apa itu Make to Order?
Make to Order (MTO) adalah sebuah strategi dimana anda membuat produk berdasarkan pesanan customer.
Kalau anda menerapkan strategi make to order, maka customer anda harus menunggu lebih dulu untuk mendapatkan produk yang mereka pesan.
Tapi, strategi ini memungkinkan customer anda untuk memesan produk yang customized sesuai dengan spesifikasi yang mereka butuhkan.
Tanpa adanya pesanan, produksi ngga akan dijalankan.
Dan karena produksi baru dimulai setelah ada pesanan dari customer, maka lead time dari saat customer memesan sampai mereka menerima barang pesanan mereka menjadi lebih panjang.
Tentu saja anda selalu bisa untuk membuat standard lead time untuk semakin mempersingkat lead time dari waktu ke waktu sehingga customer anda bisa menerima produk yang mereka pesan lebih cepat.
Strategi make to order ini sama seperti pull system dalam proses manufaktur di mana proses baru berjalan ketika ada pesanan dari customer atau proses berikutnya.
Make to order ini juga bisa diterapkan dalam bentuk built to order, assembly to order, atau engineer to order.
Contoh make to order
Misalnya anda ingin membeli PC baru untuk kantor anda. Tapi, karena anda membutuhkan spesifikasi tertentu, PC yang saat ini dijual umum ngga bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Anda tahu spesifikasi seperti apa yang anda butuhkan. Tapi ngga mungkin juga anda membuatnya sendiri kan?
Jadi, anda pun pergi ke perusahaan yang mampu membuat customized PC. Anda mendapatkan banyak pilihan variasi untuk bisa memenuhi kebutuhan anda di sana.
Setelah anda selesai menentukan spesifikasi yang anda butuhkan, anda pun memesan PC tersebut dan membayar harganya. Yang anda perlu lakukan sekarang adalah menunggu PC tersebut dikirimkan ke kantor anda. Selesailah tugas anda sebagai customer.
Nah, di sisi lain, di sisi perusahaan penjual, mereka baru saja memulai prosesnya. Mereka akan meneruskan pesanan pembelian anda ke bagian produksi dalam bentuk manufacturing order.
Dan biasanya, perusahaan yang dikelola dengan baik, mereka akan punya berbagai material dan komponen yang mereka butuhkan di pabrik mereka atau di lokasi lain yang siap untuk dikirimkan ke fasilitas produksi merekan dengan cepat.
Jadi, proses produksi bisa segera dimulai tanpa harus menunggu lagi untuk pemesanan material dan komponen yang dibutuhkan.
Apa untungnya make to order?
Setidaknya ada 3 alasan kenapa make to order bisa menguntungkan bagi bisnis anda.
Mengurangi waste
Mengurangi waste itu ngga cuma berarti anda mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk material yang anda buang atau ngga diperlukan untuk produksi saja.
Lebih dari itu, mengurangi waste juga berarti bahwa anda hanya menggunakan resources anda untuk apa yang menguntungkan untuk bisnis dan customer anda.
Kalau ada proses, aktifitas, atau tambahan pada produk yang ngga memberi nilai tambah apa pun untuk customer anda, itu juga termasuk waste.
Mengurangi resiko inefficiency
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, aktifitas manufacturing pada strategi ini baru dimulai hanya setelah ada order dari customer.
Artinya, anda sebetulnya bisa memfokuskan semua aktifitas operasional pada bagaimana caranya memproduksi produk seefisien mungkin.
Hanya saja, anda harus menentukan apakah anda akan memulai produksi berdasarkan forward scheduling atau backward scheduling.
Anda juga pasti suka:
- Belum Juga Bisa Mencapai On Time Delivery? Apa Yang Harus Dilakukan?
- Cost-effective Procurement Itu Ngga Cuma Mendapatkan Harga Murah
Produk yang bisa customized
Customer akan datang pada anda saat mereka menginginkan apa yang kita sebut personalized shopping experience.
Mereka datang pada anda yang membuat produk sangat unik dibandingkan perusahaan lain yang menerapkan kebijakan make to stock.
Kekurangan dari make to order
Tapi, seperti kebanyakan hal di dunia ini, tentu saja ada kekurangan juga dari strategi make to order.
Apa saja?
Ayo kita lihat.
Permintaan sales yang ngga teratur
Biasanya, dalam bisnis ada yang namanya peak season dalam penjualan. Misalnya, saat menjelang lebaran untuk pasar otomotif.
Artinya, jika make to order adalah pilihan anda, anda mungkin ngga akan merasakan yang namanya peak season. Atau malah sebaliknya, permintaan tiba-tiba begitu melonjak tanpa anda perkirakan. Pastinya itu akan memberikan tekanan tersendiri pada bisnis anda.
Kekurangan material yang anda butuhkan
Karakteristik dari bisnis make to order adalah anda harus selalu membuka mata anda dan selalu siap untuk customer order berikutnya. Plus, segera memulai proses manufaktur begitu ada order masuk.
Karena itu, ketersediaan material menjadi penting di sini.
Anda tentu ngga ingin membuat customer anda menunggu lama karena ketidaktersediaan material kan?
Waktu tunggu untuk customer
Siapa pun orangnya, tentu ingin segera mendapatkan barang yang mereka pesan.
Saya dan anda juga sama tentunya.
Nah, masalahnya dengan konsep make to order, itu berarti customer harus menunggu beberapa saat sebelum mereka bisa menerima barang pesanan mereka.
Anda harus berhati-hati di sini. Jangan sampai mereka menunggu lebih lama dari waktu yang anda janjikan. Itu akan berakibat buruk bagi bisnis anda. Membuat customer anda ngga puas dan ngga mau lagi berbisnis dengan anda adalah hal terakhir yang anda inginkan.
Apa itu make to stock?
Nah, setelah gambaran tentang strategi make to order di atas dan bagaimana metode tersebut bisa memberi keuntungan bagi bisnis anda, sekarang ayo kita lihat metode lainnya.
Saya harap dengan begitu anda jadi bisa melihat bedanya dan mampu memutuskan mana yang terbaik untuk bisnis anda.
Make to stock adalah produk yang dibuat untuk memenuhi tingkat stock tertentu.
Banyaknya stock yang harus anda simpan akan bergantung pada sales forecast dan perkiraan customer demand.
Konsep dari strategi produksi yang bisa dibilang “tradisional” ini adalah untuk menyelaraskan produksi dan stok yang anda punya berdasarkan perkiraan customer demand.
Konsepnya sendiri bisa jadi begitu tricky, bahkan beresiko, karena begitu terjadi sedikit saja kesalahan kalkulasi, dampaknya bisa besar. Bisa dead stock, kekurangan stock, atau excess inventory.
Kalau anda menerapkan strategi make to stock, anda bisa meratakan volume produksi anda di setiap periodenya untuk mengantisipasi fluktuasi sales.
Metode make to stock adalah sebuah push system dimana produk dibuat untuk memenuhi demand forecast.
Contoh dari make to stock
Ngga seperti make to order, produk yang dibuat dengan strategi make to stock akan selalu tersedia di pasar. Siap dibeli kapan pun.
Kita ambil contoh yang sama seperti sebelumnya. Kalau anda ingin membeli PC untuk pemakaian sehari-hari yang ngga membutuhkan spesifikasi khusus, anda bisa membelinya kapan pun di toko elektronik mana pun. Anda tinggal datang, lihat yang cocok, bayar, selesai.
Proses jual-belinya hanya sesingkat itu.
Tapi, produk tersebut sebenarnya sudah dibuat jauh-jauh hari sebelum pembelian itu berlangsung. Produk dibuat untuk siap dibeli begitu customer datang.
Dan perusahaan harus menganalisa hasil penjualan mereka dengan mendasarkan pada berbagai trend yang berbeda, seperti kondisi ekonomi dan sales history, misalnya, untuk membuat forecast.
Tentu saja kapasitas manufaktur juga perlu dipertimbangkan.
Kita ambil contoh lagi.
Sebuah perusahaan otomotif akan memasuki musim lebaran/mudik. Berdasarkan data penjualan tahun sebelumnya, periode tersebut adalah periode dengan angka penjualan tertinggi. Peak season. Sehingga, perusahaan tersebut memutuskan untuk menyimpan stock lebih banyak pada periode tersebut. Mereka memproduksinya jauh-jauh hari sebelum periode itu tiba.
Artinya, kendaraan yang dibeli oleh customer pada saat itu sebetulnya sudah diproduksi beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya.
Anda juga pasti suka:
- 6 Tantangan Supply Chain yang Harus Anda Hadapi
- 8 Cara Paling Efektif untuk Mengurangi Supply Chain Lead Time Anda
Apa keuntungan dari make to stock
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, strategi apa yang cocok untuk bisnis anda akan sangat bergantung dari tipe bisnis yang anda jalankan.
Tapi, ngga ada salahnya kan kalau kita lihat juga apa saja sih kelebihan dan kekurangan dari strategi make to stock?
Dengan begitu, anda akan punya gambaran lebih jelas apakah ini adalah strategi yang sesuai dengan bisnis anda atau bukan.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari strategi make to stock.
Beban kerja dan resources yang merata
Karena anda memproduksi produk berdasarkan demand forecast, anda punya keleluasaan untuk membuat beban kerja anda lebih merata. Sehingga, anda juga bisa memaksimalkan efisiensi dari resources anda.
Make to stock scheduling
Keuntungan berikutnya, strategi ini mengharuskan anda untuk membuat master production schedule yang tentunya bisa anda manfaatka untuk membuat workflow anda lebih smooth.
Tim anda jadi tahu target apa yang harus mereka capai dan berapa banyak lagi yang masih harus dibuat.
Waktu tunggu customer yang singkat
Pada akhirnya, produk anda tersedia di market. Siap untuk dibeli.
Begitu ada customer datang untuk membeli, mereka bisa langsung mendapatkan produknya. Itu artinya, customer anda hanya menunggu dalam waktu yang sangat singkat.
Dan kalau anda suka dengan operasional yang terorganisir dan suka punya kendali penuh atas jalannya operasional, strategi make to stock ini bisa sangat ideal untuk anda.
Tapi kembali, selalu ada kekurangan selain kelebihannya. Strategi ini pun sama. Ayo kita simak.
Kekurangan dari make to stock
Kelemahan terbesar dari strategi make to stock apalagi kalau bukan tingkat ketergantungannya yang sangat tinggi pada asumsi-asumsi yang digunakan.
Nah, untuk semakin jelasnya, kita lihat tiga kelemahan strategi make to stock berikut ini.
Trend penjualan yang ngga bisa diprediksi secara akurat
Betul, anda sudah menggunakan data penjualan yang sudah terjadi dan memperhitungkan asumsi datangnya peak season.
Tapi, seberapa akurat pun asumsi yang anda gunakan, yang seringkali terjadi adalah ternyata penjualan anda ngga sebagus yang anda prediksikan.
Atau, malah ada lonjakan permintaan yang anda ngga prediksi sebelumnya.
Ya, memang seperti itulah yang namanya forecasting.
Inventory level yang ngga bisa diprediksi
Karena ketergantungan pada berbagai asumsi tadi, maka anda pun bisa jadi akan selalu berada dalam ketidakpastian inventory level.
Anda bisa kekurangan stock atau malah berlebih.
Kesulitan membuat sales forecast
Namanya bisnis, tentu dipengaruhi banyak sekali faktor kan?
Karena itulah, membuat sales forecast ngga pernah jadi semudah itu.
Dan anda tentu tahu, sedikit saja kesalahan dalam asumsi atau perhitungan, itu bisa membuat anda kekurangan atau kelebihan stock yang pastinya akan membebani bisnis anda.
Itu adalah salah satu kekurangan yang harus anda catat dari strategi make to stock ini.
Kesimpulan
Ada begitu banyak pro dan kontra mengenai bagaimana memilih strategi yang paling tepat untuk bisnis anda.
Yang pasti, apa pun yang anda pilih, jangan jadikan strategi tersebut sebagai pilihan terakhir anda.
Anda harus selalu terbuka untuk perubahan.
Anda bisa berganti dari satu strategi ke strategi lainnya atau mungkin malah menggunakan strategi yang benar-benar baru dan unik untuk bisnis anda.
Semua itu kembali pada apa yang dibutuhkan oleh bisnis anda.
Yang jelas, apa pun pilihan anda, tentu anda perlu persiapan kalau anda ingin sukses menerapkan strategi yang anda pilih.
Make to order adalah strategi yang cocok anda terapkan kalau produk anda kompleks dan banyak fitur yang bisa customized untuk customer anda.
Make to stock adalah strategi yang cocok kalau anda ngga punya banyak variasi di produk anda.
Masing-masing strategi punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi, kalau anda ingin menentukan strategi mana yang paling tepat untuk bisnis anda, pastikan anda melihat kompleksitas produk dan juga demand untuk produk anda.
Jadi, strategi mana yang anda pilih?
”Kalau anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan juga ke rekan-rekan anda lainnya dan gabung dengan scmguide telegram channel untuk mendapatkan artikel bermanfaat lainnya dari blog ini.”