Dalam sebuah meeting bulanan dengan Board of Directors, seorang supply chain manager yang saya kenal menyampaikan tentang kondisi tingkat inventory mereka yang berlebih. Kondisi saat itu, perusahaan punya tingkat inventory yang cukup untuk kebutuhan lebih dari 6 bulan ke depan yang itu sudah sangat jauh di atas tingkat yang ideal.
Karena itulah dia merasa harus menyampaikan kondisi seperti ini supaya BOD aware dengan kondisi ini dan begitu juga dengan fungsi-fungsi yang lain dalam organisasi tersebut.
Supply chain manager tersebut menyampaikan beberapa ide yang bisa diambil untuk mengurangi tingkat inventory ke level yang lebih sehat. Dengan begitu, perusahaan bisa membebaskan uang cukup besar yang saat ini tertahan dalam bentuk inventory, mungkin masih akan seperti itu untuk beberapa bulan ke depan. Tapi setidaknya, perusahaan bisa mengambil langkah pengurangan inventory dari sekarang sehingga kondisi seperti itu ngga berlangsung seterusnya.
Dia berharap BOD memberikan dukungan yang dia perlukan untuk membentuk sebuah cross-function team project terkait aktivitas inventory reduction itu.
Sayangnya, respon yang dia dapat dari BOD setelah dia selesai menyampaikan laporannya, ngga seperti yang dia harapkan.
Yang menjadi perhatian para BOD saat itu adalah kenapa Truck Fill Rate ke salah satu destinasi rendah. Memang itu adalah salah satu laporan yang dia sampaikan juga. Tapi, kalau dilihat dari sisi dampak yang bisa dirasakan oleh perusahaan, Truck Fill Rate yang rendah tersebut cuma berdampak kecil.
Kenaikan Truck Fill Rate lebih tinggi lagi dari yang sudah dicapai saat itu, ngga akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Dan lagipula, angka tersebut sudah jauh meningkat dibandingkan dengan saat pertama kali dia bergabung dengan perusahaan tersebut. Sehingga improvement tersisa yang bisa dilakukan, ngga lagi memberi dampak yang signifikan bagi perusahaan.
Beda halnya dengan aktivitas inventory reduction yang dia ajukan. Dampaknya sangat besar secara positif bagi perusahaan.
Melihat kasus di atas, apa yang terjadi sebenarnya?
Kenapa BOD lebih fokus ke hal kecil dibandingkan dengan hal lain yang lebih besar dampaknya?
Apa yang salah?
Itulah yang akan kita bahas kali ini.
Tapi sebelum itu, pastikan kalau Anda juga sudah bergabung dengan scmguide telegram channel untuk tetap mendapatkan notifikasi artikel-artikel terbaru dari blog ini.
Table of Contents
Apa yang menyebabkan Top Management ngga melihat hal yang lebih strategis
Ada beberapa hal yang bisa membuat BOD dalam kasus di atas lebih memperhatikan hal-hal yang berdampak kecil.
Ngga mengerti keuntungan yang bisa didapatkan
Ngga mengetahui apa keuntungan yang bisa didapatkan dari suatu aktivitas improvement supply chain, akan membuat Anda merasa kalau aktivitas tersebut buang-buang waktu dan tenaga saja.
Kalau Anda berada di dalam situasi seperti ini, maka Anda harus meyakinkan para pengambil keputusan tentang keuntungan yang bisa didapatkan pelan-pelan. Waktu demi waktu, beri pemahaman seperti itu pada mereka. Sedikit demi sedikit.
Anda juga pasti suka:
- Bagaimana Memperlakukan KPI dengan Cara yang Benar untuk Meningkatkan Kinerja Supply Chain Anda
- Mengapa Pemahaman tentang Supply Chain Management Saja Ngga Cukup Untuk Membuat Operasi Supply Chain yang Lebih Baik
Ngga mengerti apa yang harus dilakukan
Anda mungkin tahu keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan operasi supply chain yang efektif, tapi Anda ngga tahu bagaimana membuatnya. Apa yang akan Anda lakukan?
Tentu saja Anda ngga akan melakuan apa-apa karena Anda ngga tahu bagaimana cara melakukannya kan?
Anda bisa bertanya, tentu saja. Tapi beberapa orang merasa dirinya terlalu tinggi untuk bertanya pada orang lain sehingga mereka pada akhirnya malah mengalihkan pembicaraan ke hal lain yang lebih ngga penting, tapi mereka kuasai.
Dalam kondisi ini, Anda harus bisa menjelaskan langkah demi langkah secara detail tentang bagaimana perusahaan bisa membuat operasi supply chain berjalan lebih efektif tanpa terkesan menggurui.
Mindset yang sempit dan berpikir jangka pendek
Beberapa orang cuma berfokus pada apa yang ada di depan mata mereka. Dan biasanya, ketika mereka terlibat terlalu detil, mereka ngga lagi bisa melihat gambaran besar dari sebuah situasi.
Dalam supply chain management, perlu orang-orang yang bisa melihat keseluruhan jalannya operasi. Yang bisa dengan cepat mengidentifikasi di fungsi mana terjadi masalah.
Ngga punya arah dan tujuan yang jelas untuk dicapai
Seberapa baik pun Anda menyajikan fakta-fakta yang didukung dengan data, itu ngga ada artinya bagi orang yang punya tujuan berbeda dari apa yang Anda tawarkan.
Apalagi kalau tujuan tersebut bahkan ngga ada. Apa pun yang Anda sampaikan, ngga berarti apa-apa. Karena mereka ngga bisa melihat apa hubungan antara penjelasan Anda dengan tujuan yang ingin mereka capai (yang ngga ada).
Mereka berpuas diri dengan kondisi saat ini dan ngga berusaha untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Kenapa orang bisa punya mindset yang sempit?
Itu akan sangat bergantung pada lingkungan seperti apa mereka berada.
Berada pada lingkungan yang menantang, yang punya target selalu meningkat dari waktu ke waktu, tentu akan berbeda dengan mereka yang berada di situasi sebaliknya.
Dan perusahaan dengan kultur yang sudah kuat, yang sudah berlangsung sejak lama, akan begitu mempengaruhi orang-orang yang sudah lama bekerja di sana. Kalau kultur perusahaan ini baik, maka orang-orang yang berada di sana akan punya growth mindset yang baik. Dan begitu juga sebaliknya.
Orang-orang yang sudah bekerja lama di satu tempat, biasanya akan kehilangan ide-ide segar mereka. Karena mereka ngga pernah kemana-mana dan melihat sejauh mana dunia sudah berkembang di luar sana.
Tapi adakalanya mindset yang sempit ini juga disebabkan oleh jajaran manajemen di perusahaan itu sendiri. Ketika ide-ide kreatif para pekerja dikecilkan, apalagi dimentahkan, pada akhirnya itu menjadi kebiasaan dan membuat para pekerja mundur teratur dari mengutarakan ide-ide mereka.
Anda juga pasti suka:
- Apa itu Demand Forecasting: Jenis, Cara Melakukan, dan Contohnya
- Bagaimana Keputusan Supply Chain yang Salah Bisa Menghancurkan Sebuah Bisnis
Apa yang bisa Anda lakukan saat terjebak di situasi tersebut
Anda punya ide, itu bagus. Tapi Anda ngga bisa memaksakan rekomendasi yang Anda berikan.
Faktanya, memang setiap orang punya pemahaman yang berbeda-beda mengenai apa itu supply chain management.
Dan dalam banyak situasi, Anda ngga punya keistimewaan untuk bisa memilih dengan siapa Anda akan bekerja sama.
Setiap orang punya prioritasnya masing-masing. Jadi, Anda harus pandai-pandai mencari pendekatan yang tepat untuk bisa menumbuhkan pemahaman yang benar tentang supply chain management.
Lakukan dari hal-hal kecil. Mulailah kasus demi kasus. Atau, dari satu fungsi ke fungsi lainnya.
Kadang, ada baiknya untuk membiarkan keadaan berjalan sebagaimana adanya sampai organisasi merasakan sendiri dampak negatif dari operasi supply chain mereka yang ngga efektif dan efisien. Sampai akhirnya mereka bertanya-tanya apa jalan keluarnya.
Dan yang ngga kalah penting, nikmati prosesnya. Karena proses perubahan itu butuh waktu dan energi. Seberapa dalam Anda menikmati prosesnya, akan menentukan seberapa jauh Anda bisa bertahan sampai perubahan yang diharapkan datang.
Semoga bermanfaat!
Kalau Anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan juga ke rekan kerja Anda yang lain. Pastikan kalau Anda juga sudah bergabung dengan scmguide telegram channel supaya tetap mendapatkan notifikasi postingan terbaru dari blog ini. Semua artikel dalam blog ini, bebas Anda gunakan untuk apa pun tujuan Anda, termasuk komersil, tanpa perlu memberikan atribusi.