November 24, 2024

4 Cara Efektif Membangun Supply Chain yang Responsif

Apakah perlu untuk membangun supply chain yang responsif?

Saat ini konsumen modern semakin membutuhkan supply chain yang responsif. Mereka jauh lebih menuntut daripada yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

Mereka ingin membeli berbagai produk yang diproduksi secara ramah lingkungan dan menginginkan pesanan mereka tiba bahkan di hari yang sama!

Belum lagi mereka juga ingin pengiriman tanpa biaya alias bebas ongkir.

Apa yang bisa anda lakukan dalam situasi seperti ini?

Anda perlu membangun supply chain yang responsif.

Itu adalah satu-satunya cara anda untuk bisa memenuhi harapan customer anda.

Pemikiran untuk merespon customer secara cepat telah mengubah banyak praktek bisnis tradisional.

Termasuk di dalamnya pengembangan produk, manufaktur, dan perencanaan logistik, yang semuanya harus menjadi pertimbangan anda sebagai supply chain manager.

Anda tentu tahu, supply chain selalu berfokus pada efisiensi.

Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk mendapatkan lebih banyak profit dengan menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya lebih rendah. Dan supply chain ngga pernah serumit seperti yang kita jalani saat ini.

Pertanyaannya, apakah efisien saja cukup?

Sayangnya ngga.

Anda mungkin bisa mendapat manfaat lewat efisiensi. Tapi itu ngga cukup kompetitif untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang inovatif. Anda perlu meninjau keseluruhan supply chain anda sekali lagi.

Apa yang bisa membuat supply chain anda lebih responsif?

Digitalisasi. Itulah yang membuat supply chain menjadi responsif.

Perusahaan anda hanya akan terus menerus menjalankan praktek supply chain tradisional kalau digitalisasi ngga diterapkan di dalamnya.

Apa akibatnya?

Kemampuan perusahaan anda untuk merespon permintaan pasar yang selalu berubah menjadi terbatas.

Supply chain yang responsif semakin dibutuhkan sekarang ini.

Jadi, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang bagaimana supply chain yang responsif berbeda dari model tradisional. Kemudian, masalah apa saja yang terkait dengan supply chain tradisional dan bagaimana anda bisa menjadi lebih responsif melalui transformasi digital.

Supply chain hari ini

Mari kita lihat proses-proses yang ada dalam sebuah supply chain.

Secara umum, supply chain bergerak melalui empat fungsi organisasi yang berbeda dalam sebuah proses linier.

  1. Fungsi pemasaran yang menganalisa permintaan dan memperkirakan bagaimana suatu produk atau jasa bisa dijual.
  2. Pengembangan produk yang bekerja untuk membuat produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan customer.
  3. Produsen yang membeli dan merakit bahan atau menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk memberikan layanan kepada customer.
  4. Distribusi yang berperan mengirimkan produk ke konsumen tepat waktu.

Sederhana ya?

Tapi memang banyak organisasi yang menjalankan proses utama yang sangat mirip dengan pemodelan di atas.

Nah, yang harus anda perhatikan, ada silo yang melekat dalam model ini di antara semua fungsi supply chain.

Ada beberapa yang bisa terlihat jelas. Seperti yang mungkin terjadi pada saat departemen pengembangan produk dan departemen distribusi berada di zona waktu yang berbeda.

Silo lain mungkin lebih halus. Misalnya, tim pemasaran dan manufaktur yang bekerja menggunakan data yang berbeda.

Ada banyak lagi area lainnya di mana data, pekerja, dan aktifitas terputus satu sama lain karena kurangnya transparansi.

Dan sistem supply chain seperti ini masih terus dijalankan sampai saat ini dengan berbagai aktifitas untuk meningkatkan efisiensi.

Anda juga pasti suka:

Masalah supply chain yang ngga efisien

Apa masalah terbesar dari supply chain yang ngga efisien?

Seperti yang saya sampaikan di atas, masalah yang jelas terjadi pada supply chain seperti model di atas adalah kalau salah satu komponen tersebut terganggu, maka konsumenlah pihak yang menanggung akibatnya.

Efisien saja ngga cukup. Anda membutuhkan supply chain yang responsif.

Dan apa yang dialami oleh konsumen, pasti akan diteruskan kembali ke perusahaan yang bersangkutan.

Kita ambil contoh berikut.

Apakah ada badai di jalur pengangkutan barang? Maka bisa anda pastikan kalau rak-rak di retailer anda akan kosong.

Atau, tren fidget spinner sudah berakhir? Coba lihat. Ternyata anda masih punya gudang yang penuh dengan sisa stoknya.

Anda ngga bisa memberikannya begitu saja kepada konsumen. Apalagi menjualnya untuk mendapatkan keuntungan.

Dua contoh tersebut menjadi masalah bahkan untuk supply chain yang paling responsif sekalipun. Tapi, dampak yang ditimbulkannya masih bisa diminimalkan.

Ayo kita lihat.

Kalau seorang analis di departemen penjualan dan pemasaran mencatat ada sedikit penurunan dalam penjualan fidget spinner, informasi tersebut haruslah segera sampai ke departemen produksi dan distribusi.

Informasi ini penting sebagai peringatan dini bagi pabrik. Mereka bisa mengambil langkah untuk mengalihkan sisa bahan mentah dan mesin yang mereka punya untuk menghasilkan produk lain dengan volume penjualan lebih tinggi.

Dengan informasi yang sama, departemen logistik bisa mengambil langkah untuk mengisi kapasitas angkut mereka dengan sesuatu yang lain. Atau, mereka bahkan bisa menjual kelebihan kapasitas angkut tersebut ke perusahaan lain yang membutuhkannya.

Anda bisa melihatnya kan?

Daya tanggap operasional (operasional responsiveness) membuat perusahaan jadi lebih fleksibel dan bereaksi lebih cepat terhadap adanya perubahan. Mereka mendapatkan manfaat dari kekuatan supply chain mereka.

Contoh di atas terjadi setiap saat. Banyak supply chain sedang dibangun dengan margin cukup besar hanya untuk memperhitungkan kerugian yang mungkin mereka alami.

Masalahnya, semakin besar margin anda, semakin banyak peluang yang anda berikan kepada perusahaan pesaing anda yang lebih inovatif untuk mengambil pangsa pasar anda.

Cara membangun supply chain yang responsif

Kita sampai di bagian yang paling menarik.

Anda harus tahu kalau supply chain yang benar-benar responsif itu bisa membantu organisasi anda, ngga cuma untuk mengurangi dampak negatif akibat masalah di atas, tapi juga membuka cara baru untuk berinovasi yang sebelumnya terlihat ngga mungkin dilakukan.

Anda harus mendigitalisasi supply chain anda.

Anda harus mendigitalisasi setiap proses yang anda jalankan.

Dan anda perlu untuk mencakup empat area berikut ini untuk membangun supply chain yang responsif.

Visibilitas yang lebih luas

Kalau ada keterlambatan order, apakah anda masih perlu menelepon seseorang untuk mencari tahu alasannya?

Radio Frequency Identification (RFID), teknologi Bluetooth, GPS, dan berbagai sistem teknologi lainnya bisa anda gunakan untuk melacak pergerakan objek.

Dan teknologi tersebut mampu memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu yang bisa ditampilkan dalam platform digital.

Selain itu, bergantung pada konfigurasi platform anda, anda bahkan bisa mendapatkan peringatan lebih cepat kalau diperkirakan akan ada keterlambatan.

Smart warehouse bisa memberi peringatan ke bagian manufaktur ketika stok mereka menipis yang tentunya akan mendorong pembelian material baru.

Anda bisa membuka banyak pintu untuk merespons krisis, memperkirakan, dan menjaga akuntabilitas anda dengan adanya visibilitas di seluruh supply chain anda.

Anda juga pasti suka:

Pendekatan yang menyeluruh

Biasanya, mitra, 3PL, dan supplier seringkali berada di luar lingkaran informasi. Atau, cuma diberi sepotong informasi. Seperti teka-teki.

Untuk apa? Apakah untuk menyembunyikan margin? Atau apakah untuk menutupi informasi sensitif?

Tapi bisa juga karena perusahaan tersebut mungkin ngga menemukan cara yang tepat untuk berbagi data dengan cara yang informatif.

Faktanya, kalau anda mampu mengatur kolaborasi antara semua pihak yang terlibat, anda bisa mendapatkan efisiensi yang anda pikir ngga mungkin dilakukan.

Lakukan pendekatan menyeluruh untuk supply chain anda.

Misalnya, setiap Senin pagi anda mengadakan meeting cuma untuk menginformasikan status terbaru pesanan anda.

Faktanya, kalau semua orang bisa menerima update informasi itu saat terjadi perubahan dan mereka bisa mengaksesnya di smartphone mereka pada Minggu malam, anda ngga perlu lagi mengadakan meeting Senin pagi itu kan?

Range forecasting

Saya tahu, sulit untuk memprediksi permintaan secara presisi. Masalahnya, kalau anda memproyeksikan profit and loss anda menggunakan angka yang salah atau meleset jauh, ini yang bahaya.

Karena itu, cobalah untuk memproyeksikannya berdasarkan angka yang di set pada titik permintaan tertinggi dan terendah. Buatlah action plan anda dengan angka yang sama juga.

Dengan membuat beberapa skenario, anda bisa membuat strategi berdasarkan angka forecast permintaan terendah sambil tetap bersiap kalau ternyata permintaan berubah menjadi tinggi.

Kontrak fleksibel atau parsial dengan supplier

Kontrak adalah bagian dari bisnis. Tapi klausul yang mempersulit dan menakutkan untuk supplier anda malah akan punya efek terbalik dari apa yang anda inginkan.

Apa yang akan terjadi?

Bukannya melindungi kepentingan bisnis anda, anda malah menakut-nakuti mereka. Itu adalah cara kuno dalam menangani kontrak.

Bagaimana cara modernnya?

Cara modernnya adalah dengan menghormati margin supplier anda.

Anda harus menyadari kalau anda bukanlah satu-satunya customer mereka.

Izinkan mereka melakukan bisnis dengan cara yang sesuai untuk mereka.

Tentu saja dengan asumsi anda masih mendapatkan service yang anda butuhkan.

Kontrak yang fleksibel harus mencakup level kinerja yang bisa diterima. Juga memberikan fleksibilitas jika terjadi kenaikan atau penurunan permintaan.

Di sisi distribusi, kontrak parsial memungkinkan transporter untuk memaksimalkan kapasitas dan membuat rute pengangkutan mereka lebih efisien. Ini tentunya merupakan hal yang baik untuk disampaikan kepada mitra distribusi anda, kalau memungkinkan.

Kesimpulan

Supply chain yang responsif sangat diperlukan untuk menjaga bisnis tetap kompetitif.

Hal ini sejalan dengan meningkatnya ekspektasi customer terhadap kualitas produk, ketersediaan barang, dan kemampuan pengiriman jarak jauh.

Digitalisasi bisa menjadi komponen kunci dalam membangun supply chain yang responsif. Dan yang lebih penting lagi adalah anda menerapkan transformasi digital tersebut di seluruh komponen supply chain anda.

Kalau anda pikir artikel ini bermanfaat, bagikan juga ke rekan-rekan anda lainnya dan gabung dengan scmguide telegram channel untuk mendapatkan artikel bermanfaat lainnya dari blog ini.”

Avatar photo

Dicky Saputra

Saya adalah seorang profesional yang bekerja di bidang Supply Chain Management sejak tahun 2004. Saya membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja keseluruhan supply chain mereka.

View all posts by Dicky Saputra →