Desain ulang supply chain adalah salah satu jenis proyek yang sering ditunda-tunda, terutama kalau budget yang Anda punya terbatas. Betul kan? Atau, Anda malah ngga terpikir untuk melakukan itu?
Memang sih, proyek ini bisa menjadi rumit dan makan waktu. Dan banyak juga organisasi yang ngga punya keterampilan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk itu.
Selain itu, analisis menyeluruh mungkin akan “mahal”, yang pastinya sulit untuk dibenarkan dalam kondisi sekarang ini. Tapi sebetulnya, analisis semacam itu biasanya akan bisa mengidentifikasi peluang penghematan mulai dari 12% sampai 20% dari total biaya pergudangan dan transportasi Anda.
Kendala lainnya, memang sulit untuk menentukan sebelum memulai proyek tersebut tentang manfaat yang akan terlihat dari proyek desain ulang supply chain ini.
Nah, kelemahan potensial inilah yang menghalangi banyak perusahaan untuk memulai proyek desain ulang supply chain mereka.
Tapi, ada kalanya desain ulang supply chain itu harus mendapatkan prioritas yang lebih tinggi.
Kenapa?
Kita akan bahas tujuh tanda yang menunjukkan kalau mungkin sudah waktunya untuk Anda memikirkan kembali jaringan supply chain Anda. Plus, beberapa ide tentang konfigurasi jaringan alternatif yang bisa Anda buat.
Tapi sebelum itu, saya mau mengajak Anda juga untuk bergabung dengan scmguide telegram channel supaya Anda ngga ketinggalan artikel-artikel terbaru dan bermanfaat lainnya dari blog ini. Jadi, pastikan Anda juga bergabung ya.
Table of Contents
7 tanda supply chain Anda perlu didesain ulang
Anda punya tujuan daripada strategi
Tanda pertama kalau mungkin sudah waktunya untuk Anda mendesain ulang adalah kalau Anda fokus pada tujuan supply chain Anda, tapi ngga punya strategi yang jelas.
Seringkali, tujuan diperoleh dengan mengambil metrik biaya tahun sebelumnya, seperti biaya per kasus yang dikirimkan, dan menguranginya beberapa persen. Betul kan?
Tapi, yang lebih penting dari itu adalah bagaimana Anda akan mencapai tujuan tersebut? Dengan kata lain, apa strategi yang akan Anda gunakan?
Kalau jawaban Anda cuma sekedar memberikan pidato awal tahun tentang “stretch target” atau target yang lebih menantang, dan berharap tim Anda akan melakukan eksekusi lebih efisien atau efektif, jelas kalau Anda cuma punya tujuan tapi ngga punya strategi.
Mengidentifikasi strategi yang bisa disetujui semua orang itu penting.
Itu karena memfokuskan beberapa fungsi pada satu strategi yang disepakati secara keseluruhan lebih mungkin membawa Anda sukses daripada membuat fungsi-fungsi tersebut mulai mengerjakan beberapa proyek, yang mungkin bertentangan, secara sendiri-sendiri.
Anda dan tim Anda mungkin akan punya banyak ide tentang bagaimana seharusnya strategi tersebut.
Jadi, pastikan Anda mengevaluasi berbagai opsi tersebut secara efektif. Kalau perlu, gunakan tools seperti network modeling software untuk membantu Anda melakukan itu.
Software ini memungkinkan Anda memodelkan, mensimulasikan, dan menyempurnakan banyak strategi supply chain yang berbeda.
Anda kemudian bisa menilai masing-masing strategi dari segi biaya, manfaat, dan kesulitan pelaksanaannya.
Sesudah Anda dan tim mengidentifikasi strategi yang bisa diterapkan, Anda bisa membuat prioritas mana yang akan Anda terapkan lebih dulu.
Alat pemodelan jaringan ini sangat baik untuk merancang supply chain multi-eselon, yaitu supply chain yang terdiri dari gudang supplier, pabrik manufaktur, dan gudang pusat, regional, dan lokal.
Anda bisa menentukan berapa banyak gudang, dan di lokasi mana, yang akan meminimalkan total biaya supply chain Anda.
Selain itu, Anda juga bisa menghitung total investasi inventory minimum yang diperlukan untuk supply chain baru berdasarkan lead time, service level yang diperlukan, dan ketidakpastian forecast.
Software yang baik juga bisa mengidentifikasi produk mana yang harus Anda simpan di Distribution Center (DC) primer saja, dan mana produk yang harus Anda simpan baik di DC primer maupun sekunder.
Ada banyak strategi yang bisa dinilai oleh software ini, termasuk strategi untuk mengelola seasonality, manufaktur, procurement, dan sebagainya.
Strategi untuk mengelola seasonality relatif sederhana untuk dinilai. Pertimbangan penting adalah cara terbaik untuk mengelola trade-off antara membangun stok sebelum peak season versus membayar lembur untuk manufaktur guna memenuhi permintaan pada musim tersebut.
Software yang baik juga memungkinkan Anda untuk membandingkan biaya pergudangan sementara versus operasi gudang sepanjang tahun dengan kelebihan ruang penyimpanan.
Faktor lain untuk model adalah akurasi forecast untuk setiap produk. Akan lebih bijaksana untuk membuat inventory produk musiman yang permintaannya lebih pasti, yaitu menyimpan produk yang Anda tahu akan terjual, daripada menyimpan inventory produk yang mungkin atau ngga mungkin terjual.
Software desain supply chain bisa menilai beberapa strategi manufaktur, seperti di mana manufaktur harus menempatkan titik decoupling pesanan customer (titik dalam proses manufaktur di mana pesanan customer lebih menentukan suatu aktivitas daripada forecast).
Analisis semacam itu akan memungkinkan Anda untuk membandingkan biaya dan kinerja pengiriman dari penyesuaian yang terlambat di gudang, serta strategi manufaktur make-to-order, assemble-to-order, atau make-to-stock/pick-to-order.
Tools desain supply chain juga bisa membantu Anda merumuskan strategi sourcing global dan membuat penilaian keputusan “make versus buy”. Idealnya, keputusan ini ngga boleh Anda serahkan cuma pada fungsi procurement atau purchasing saja.
Sebaliknya, organisasi supply chain pertama-tama harus memastikan dampak keputusan procurement pada faktor-faktor lain seperti lead time, inventory, dan customer service level, dan kemudian bekerjasama dengan fungsi procurement untuk menentukan keputusan terbaik dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut.
Tapi sayangnya, sering kali supply chain dan tim procurement diberikan tujuan berbeda yang pada akhirnya malah menghambat kolaborasi.
Misalnya, procurement mendapatkan bonus karena mengurangi harga per unit, sedangkan supply chain memperhatikan total biaya dan kinerja pengiriman secara keseluruhan.
Tools desain supply chain bisa sangat membantu dalam situasi seperti itu. Tools ini bisa dengan cepat menilai dampak keputusan pembelian dan menghasilkan angka akurat yang akan mengarah pada diskusi yang lebih produktif.
Lebih baik lagi, tim supply chain bisa memodelkan biaya supplier dan mencari cara untuk menguranginya, jadi fungsi procurement kemudian bisa menegosiasikan harga diskon.
Misalnya, mungkin perusahaan Anda bisa memanfaatkan peluang backhaul yang ada untuk mengambil barang supplier. Ini akan mengurangi biaya supplier dan membuka jalan untuk mendapatkan harga yang lebih rendah.
Tools yang baik menghasilkan “gambaran” yang membantu Anda mengomunikasikan strategi supply chain pilihan Anda kepada manajer senior dan kepala departemen lainnya.
Ketika semua pengambil keputusan sepenuhnya memahami bagaimana pilihan tertentu akan mempengaruhi biaya dan operasi, maka akan lebih gampang untuk Anda menyelaraskan strategi perusahaan dengan strategi supply chain yang Anda pilih.
Faktanya, sangat penting kalau strategi-strategi itu diselaraskan supaya fungsi supply chain dan perusahaan ngga mengikuti jalur yang berbeda. Itu bisa sangat mahal biayanya.
Kegagalan untuk menyelaraskan strategi bisa mengakibatkan situasi seperti tim supply chain yang mengkonsolidasikan jaringan supply dua divisi, cuma untuk kemudian mendapatkan kalau dewan menjual salah satu divisi tersebut, misalnya.
Anda juga pasti suka:
- Cara Meningkatkan Customer Experience dengan Supply Chain yang Hebat
- Tantangan Investasi dalam Supply Chain
Orang-orang bertanya: mengapa kita melakukannya dengan cara seperti ini?
Tanda kedua kalau mungkin sudah waktunya untuk Anda mendesain ulang supply chain adalah kalau cuma ada sedikit orang di organisasi Anda yang ingat persis mengapa gudang perusahaan Anda berada di tempat mereka berada sekarang ini.
Ini mungkin berarti kalau konfigurasi supply chain Anda sekarang ini ngga lagi sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Mungkin beberapa tahun yang lalu pendahulu Anda merancang supply chain perusahaan Anda untuk mengoptimalkan supply produk untuk pengiriman ke customer.
Sejak itu, baik bauran produk maupun basis customer sudah berubah. Selain itu, customer lama mungkin juga sudah merelokasi gudang penerimaan mereka.
Hasilnya?
Desain supply chain Anda saat ini ngga lagi optimal untuk rangkaian produk dan lokasi pengiriman saat ini. Masuk akal kan?
Atau, mungkin ada seorang manajer senior bertanya, “Mengapa kita mengirim dari negara dengan biaya tenaga kerja tinggi ke negara dengan biaya tenaga kerja rendah?”
Ini mungkin masuk akal bertahun-tahun yang lalu, ketika penjualan ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja rendah relatif kecil.
Tapi, ekonomi ini sudah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan volume penjualan sekarang mungkin signifikan dengan potensi untuk meningkat.
Seringkali hal-hal yang harus berubah malah tetap sama karena mungkin Anda cenderung fokus pada perubahan bulanan jangka pendek. Anda melewatkan tren jangka panjang dari tahun ke tahun.
Orang juga cenderung menerapkan asumsi yang sudah mapan untuk tantangan baru.
Misalnya, menyimpan stok secara tradisional itu mahal dan transportasi murah.
Hari-hari ini, dengan biaya bahan bakar yang terus meningkat dan biaya modal dan pergudangan yang menurun (setidaknya untuk saat ini), asumsi itu ngga berlaku lagi.
Inilah saatnya Anda menguji banyak asumsi yang sudah lama diterima. Apakah masih lebih baik membeli stok saat dibutuhkan, atau menyimpan stok?
Apakah pantas untuk mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dari pengiriman yang dipercepat untuk mengurangi biaya penyimpanan?
Apakah biaya tenaga kerja, transportasi, dan distribusi di lokasi manufaktur Anda masih yang paling menguntungkan untuk melayani pasar Anda saat ini, atau akankah lebih hemat biaya untuk memproduksi dan/atau mendistribusikan dari negara tetangga?
Jumlah produk dan customer tumbuh lebih cepat dari budget Anda
Tanda ketiga adalah budget Anda ngga tumbuh secepat jangkauan produk dan basis customer Anda.
Budget sering ditetapkan sebagai persentase dari pendapatan atau pengeluaran perusahaan tanpa memahami efek dari perubahan profil permintaan atau supply pada biaya supply chain.
Pertimbangkan skenario ini: Setiap beberapa minggu, staf pemasaran atau penelitian dan pengembangan datang berlarian, dengan penuh semangat menggambarkan produk terbaru mereka yang pasti akan menjadi best-seller.
Demikian pula, tim penjualan selamanya berada di cafe, merayakan kemenangan karena mendapatkan satu lagi customer baru.
Sementara itu, tim logistik Anda bingung bagaimana cara menangani biaya tambahan terkait dengan unit penyimpanan stok (SKU) tambahan dan customer baru, yang ngga diperhitungkan dalam budget mereka. Pernah mengalaminya kan?
Bagaimana cara mengatasi masalah ini?
Ada perusahaan yang pernah terpaksa mengonfigurasi sistem ERP perusahaannya untuk memungkinkan cuma 25.000 produk.
Mungkin ini adalah solusi radikal dan kasar. Tapi setidaknya itu memaksa departemen pemasaran perusahaan untuk berpikir tentang menghentikan penjualan produk yang sudah ada setiap kali produk baru diluncurkan.
Sekali lagi, pemodelan dengan software desain jaringan supply chain bisa membantu Anda memperkirakan biaya dan dampak layanan dari perubahan yang dilakukan.
Anda bisa mensimulasikan bagaimana mempertahankan atau “melepaskan” customer dan produk tertentu akan memengaruhi profit Anda.
Bersiaplah untuk beberapa “serangan” ketika Anda mempresentasikan angka-angka tersebut.
Pemasaran akan berargumen kalau customer tertentu memberi Anda banyak bisnis mereka karena perusahaan Anda memasok mereka dengan produk khusus bervolume rendah, jadi produk tersebut harus tetap ada dalam katalog.
Mereka juga akan berargumen kalau customer lain punya potensi, mungkin karena mereka adalah bisnis dengan pertumbuhan tinggi atau tim penjualan baru saja memenangkan sebuah prospek dengan menawarkan diskon besar, dan karena itu harga untuk customer tersebut ngga bisa diubah.
Terlepas dari respons yang diperoleh proposal Anda, ingatlah kalau tools desain supply chain menghasilkan angka akurat yang mendukung diskusi rasional. Anda tetap harus berpegang pada data yang obyektif.
Anda juga pasti suka:
- Pendekatan Praktis untuk Supply Chain Risk Management
- Sales and Operation Planning: Dari Data ke Informasi, dari Informasi ke Pengambilan Keputusan
Konsolidasi atau kolaborasi yang akan datang
Akuisisi yang akan datang, kolaborasi dengan perusahaan lain untuk berbagi sumber daya, atau sentralisasi fungsi supply chain yang sebelumnya terdesentralisasi, semuanya menunjukkan kalau desain ulang jaringan mungkin dibutuhkan.
Biasanya perusahaan membentuk supply chain gabungan, kolaboratif, atau terpusat, dengan tujuan seperti mencapai skala ekonomi dalam pergudangan, memanfaatkan transportasi dengan lebih baik, dan meningkatkan daya beli barang (purchasing power).
Menggunakan software desain jaringan supply chain untuk melakukan desain ulang supply chain sebelum perubahan strategis yang begitu besar, akan memberi perusahaan pemahaman yang lebih baik tentang seberapa layak tujuan ini.
Dalam merger atau akuisisi, misalnya, perusahaan yang mengakuisisi terkadang membayar terlalu banyak karena manajemen melebih-lebihkan tingkat penghematan supply chain dan peningkatan efisiensi.
Perusahaan yang mengakuisisi sering membenarkan membayar premi akuisisi yang tinggi karena mereka berharap kalau menghilangkan fungsi supply chain yang berlebihan akan menghasilkan tingkat penghematan yang tinggi.
Tapi dalam praktiknya, rasionalisasi semacam itu bisa jadi sulit, terutama karena kedua belah pihak sudah menerapkan proses yang berbeda dengan menggunakan sistem informasi yang berbeda.
Dalam kasus seperti itu, software desain jaringan supply chain bisa mengembangkan perkiraan realistis penghematan biaya dari penggabungan rantai distribusi perusahaan.
Supply chain kolaboratif, di mana perusahaan yang ngga terkait, dan bahkan bersaing, berbagi sumber daya distribusi dan transportasi, menarik minat berbagai perusahaan.
Meskipun konsepnya menarik, sampai saat ini cuma segelintir kolaborasi supply chain saja yang sudah terwujud.
Supaya berhasil, kedua belah pihak harus memahami biaya yang mereka punya.
Tools desain supply chain sangat membantu untuk memodelkan kolaborasi karena memungkinkan kedua belah pihak memahami biaya mereka saat ini, memproyeksikan bagaimana kolaborasi akan memengaruhi struktur biaya mereka, dan memperkirakan biaya mitra mereka.
Sentralisasi fungsi supply chain, sering kali didorong oleh pergeseran dari manajemen berbasis negara ke manajemen regional, merupakan pemicu umum lainnya untuk mendesain ulang jaringan.
Contoh yang baik dari pendekatan regional bisa dilihat di Amerika Utara, di mana perusahaan-perusahaan AS sudah lama menganggap benua itu sebagai pasar tunggal dan mengelola supply chain mereka atas dasar itu.
Di Eropa, sebaliknya, baru pada dekade terakhir perusahaan mulai mengganti fungsi supply chain tradisional yang dirancang dan dikelola secara nasional dengan fungsi pan-Eropa.
Itu membutuhkan perubahan besar dalam pola transportasi dan distribusi.
Sudah umum saat ini untuk desain supply chain Eropa untuk mencakup manufaktur di Cina, mengimpor melalui Rotterdam, pusat distribusi utama di negara-negara Benelux, dan DC sekunder agak jauh, di tempat-tempat seperti Spanyol, Italia Utara, atau Rumania.
Supaya perusahaan bisa melakukannya dengan benar, pertama-tama perusahaan harus memodelkan supply chain-nya untuk menentukan lokasi optimal untuk manufaktur, DC primer, dan DC sekunder, serta rute transportasi.
Anda mengalami kegagalan layanan besar
Seorang customer penting baru saja menelepon dan menyatakan ketidakpuasan tentang kegagalan layanan.
Kalau ini bukan pertama kalinya masalah itu terjadi, maka Anda mungkin punya masalah sistemik. Dan desain ulang bisa membantu mencegahnya terjadi lagi.
Penyebab umum kegagalan layanan supply chain adalah kurangnya kekokohan dalam desain supply chain.
Lean supply chain khususnya bisa rapuh, karena menurut definisi, hanya akan ada sedikit stok untuk menyangga hal-hal yang ngga beres.
Kurangnya redundansi atau buffer stock ini bisa mempersulit perusahaan untuk mengelola variabilitas, situasi yang juga bisa menyebabkan kegagalan layanan.
Ini terutama benar ketika ada variabilitas dalam beberapa faktor, seperti tingkat permintaan, tingkat pengiriman tepat waktu, dan waktu produksi manufaktur.
Anda mungkin ngga terlalu khawatir ketika variabilitas masing-masing faktor adalah standar deviasi dari tingkat rata-rata yang Anda asumsikan saat merancang supply chain Anda.
Tapi, kalau permintaan lebih tinggi dari biasanya, pengiriman supplier ngga secepat biasanya, dan mesin produksi kritis rusak pada saat yang sama, maka masalah muncul.
Tools desain supply chain bisa membantu Anda mensimulasikan, sampai batas tertentu, variabilitas dalam supply, produksi, dan permintaan.
Meskipun tools ini ngga memberikan solusi untuk masalah tersebut, tools ini memungkinkan Anda mengevaluasi variabilitas dan menilai kinerja supply chain Anda dalam kondisi kehidupan nyata, bukan rata-rata.
Anda juga bisa menilai dampak dari solusi yang bisa Anda terapkan untuk mengelola variabilitas dengan lebih baik.
Contoh dari solusi ini termasuk penundaan dan penyesuaian yang lambat di pusat distribusi dan strategi “sesuai pesanan” lainnya.
Inventory yang dikelola vendor (vendor-managed inventory) atau inventory yang dikelola supplier juga bisa efektif.
Pilihan lainnya adalah membuat produk dasar atau komponen yang punya permintaan yang stabil dan kemudian menyesuaikannya secara lokal, berdasarkan pesanan, setiap varian yang mengalami permintaan yang lebih bervariasi.
Anda juga pasti suka:
- Apa itu Supply Chain Sustainability dan Mengapa Penting untuk Bisnis Anda?
- 6 Model Supply Chain yang Anda Perlu Tahu
Ketakutan ada di organisasi
Praktik dan proses perusahaan Anda sendiri sebetulnya dalam kondisi yang baik, tapi CEO Anda merasa gugup. Apa yang membuatnya khawatir?
Hal-hal yang ngga bisa dikendalikan oleh perusahaan, seperti gangguan supply chain yang akan mempengaruhi profit dan pendapatan investor.
Kalau itu masalahnya, inilah saatnya untuk penilaian (atau penilaian ulang) dari potensi risiko pada supply chain Anda dan mungkin revisi jaringan yang akan mengurangi potensi gangguan.
Melakukan evaluasi semacam itu akan mengharuskan Anda mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan menilai setiap kemungkinan terjadinya dan kemungkinan dampaknya.
Punya informasi tersebut akan memusatkan perhatian manajemen pada pengembangan rencana mitigasi yang tepat untuk risiko-risiko utama.
Tools desain supply chain bisa membantu Anda untuk menilai dampak dari beberapa, tapi ngga semua, faktor risiko serta untuk memodelkan rencana mitigasi.
Contoh sederhana adalah dampak kenaikan suku bunga pada biaya penyimpanan inventory.
Kalau suku bunga meningkat, maka biaya penyimpanan inventory juga meningkat.
Untuk mengurangi biaya yang meningkat ini, manajer biasanya memilih untuk menyimpan lebih sedikit stok. Tapi, itu bisa menghasilkan pengiriman yang lebih sering, yang tentunya akan menaikkan biaya transportasi.
Tools desain supply chain yang baik akan menghasilkan model yang mengoptimalkan biaya operasi dan penyimpanan inventory.
Dari model ini, Anda kemudian bisa memperkirakan total kenaikan biaya sesudah mereka mengurangi sebagian dampak kenaikan suku bunga.
Sampai taraf tertentu, bahkan dimungkinkan untuk memodelkan bencana alam yang menutup jalur atau simpul transportasi.
Memprediksi dampak dari sesuatu seperti letusan gunung berapi relatif gampang.
Hal ini dikarenakan moda transportasi alternatif masih bisa beroperasi, meskipun pada awalnya akan terkendala oleh masalah kapasitas dan waktu, serta dampak sekunder yang relatif sedikit.
Tapi, pemodelan efek dari bencana yang lebih luas, jauh lebih sulit karena supply chain multitier saat ini melibatkan begitu banyak “lapisan” supplier dan subkontraktor, beberapa di antaranya mendominasi niche produk mereka.
Pertimbangkan dampak sekunder dari gempa bumi Jepang yang pernah terjadi, tsunami, kerusakan pembangkit nuklir, dan kekurangan daya.
Cuma sedikit orang yang tahu, misalnya, kalau pasar resin yang mengikat microchip di ponsel pintar hampir merupakan duopoli antara Mitsubishi Gas Chemical dan Hitachi Chemical, yang keduanya mengalami kerusakan pabrik.
Itulah mengapa penurunan produksi ponsel pintar mengejutkan banyak pembeli.
Tools desain supply chain bisa mengevaluasi sebagian besar node dari inbound chain multitier.
Tools tersebut bisa menilai, misalnya, apakah akan lebih baik membeli dari dua sumber komponen khusus yang berbeda, meskipun hal itu akan meningkatkan biaya operasional, atau ngga.
Pilihan lain mungkin untuk menegosiasikan sesuatu yang mirip dengan polis asuransi, seperti membayar premi untuk jaminan perlakuan istimewa kalau supplier lain gagal berkinerja.
Dan kalau perusahaan Anda adalah customer yang sangat penting bagi salah satu supplier Anda, maka Anda mungkin ingin mendorong supplier tersebut untuk membuka pabrik di lokasi geografis yang sama sekali berbeda untuk melindungi diri Anda dari risiko.
Untuk mengembangkan dan mengevaluasi solusi ini dan solusi serupa dengan benar, procurement harus memahami risiko dalam supply chain dan nilai dari setiap strategi mitigasi.
Tools desain supply chain membantu menghitung kedua faktor tersebut dan mengomunikasikan hasilnya.
Saatnya memperbarui kontrak Third-Party Logistics (3PL)
Sulit untuk merevisi supply chain Anda ketika perusahaan Anda terikat dalam kontrak jangka panjang dengan Third-Party Logistics (3PL).
Tapi, praktik terbaik adalah meninjau desain jaringan Anda setiap tiga sampai lima tahun, yang cenderung sejalan dengan panjang kontrak 3PL.
Jadi, sekitar satu tahun sebelum kontrak dijadwalkan untuk perpanjangan adalah saat yang tepat untuk mulai mempertimbangkan kembali konfigurasi supply chain Anda.
Ini memberi Anda waktu untuk mendapatkan dukungan untuk perubahan dalam organisasi dan untuk menegosiasikan kontrak untuk jalur atau lokasi baru.
Tinjauan jaringan juga tepat waktu kalau Anda mengajukan penawaran kontrak 3PL.
Untuk mengajukan penawaran yang akurat, supplier potensial memerlukan perkiraan volume dan jalur pengiriman, volume inventory, dan service level yang diinginkan.
Tools desain supply chain juga mempertimbangkan jenis informasi yang sama, dan ketika forecast penjualan perusahaan disertakan, alat tersebut bisa menghasilkan forecast yang dibutuhkan oleh 3PL yang ikut proses bidding.
Meskipun jaringan Anda saat ini mungkin dioptimalkan supaya sesuai dengan sumber daya 3PL ketika kontrak sebelumnya ditandatangani, 3PL Anda yang berkuasa mungkin ngga mau berubah untuk memenuhi supply chain yang dirancang ulang, atau mungkin kekurangan infrastruktur untuk memberikan solusi yang lebih baik.
Oleh karena itu, desain ulang jaringan yang direncanakan bisa menunjukkan kepada Anda kalau Anda harus mengeluarkan kontrak untuk penawaran dan mencari penyedia layanan logistik lain yang lebih tepat.
Kenapa menunggu?
Kalau supplier selalu mengirimkan barang tepat waktu, produksi selalu sesuai dengan rencana, dan customer selalu memesan sesuai forecast Anda, maka supply chain management akan menjadi sederhana.
Tapi kenyataannya ngga seindah itu, karena kondisi dan keadaan bisnis terus berubah. Karena itu, ngga ada perusahaan yang mampu membangun jaringan supply chain dan berasumsi kalau itu akan selalu menjadi desain yang optimal.
Ketakutan akan waktu dan biaya yang terlibat sering mendorong manajer supply chain untuk menunda evaluasi dan mendesain ulang jaringan mereka.
Tapi, dalam praktiknya, sebagian besar proyek semacam itu dimulai dengan perkiraan cepat yang mungkin melibatkan sekitar 20 hari kerja saja.
Tahap awal ini adalah waktu untuk menilai secara kasar potensi desain alternatif dan untuk menentukan kalau memang ada kasus bisnis yang mengharuskan Anda mengubah konfigurasi yang ada saat ini.
Langkah kedua biasanya butuh antara 50 dan 100 hari kerja untuk secara akurat menghitung biaya perubahan dan potensi pengurangan biaya supply chain.
Tools desain supply chain sangat serbaguna dan sangat berharga dalam melakukan penilaian yang diperlukan.
Untuk berbagai macam masalah penting, tools ini memberikan wawasan dan analisis di mana dulu semua keputusan hanya berdasarkan pendapat saja, tanpa data yang akurat.
Sekarang, manajemen bisa membuat keputusan yang lebih baik yang sudah dinilai dan dibenarkan secara ketat.
Anda bisa menilai manfaat dari beberapa skenario, mengetahui kalau mereka dibandingkan secara apple to apple.
Ini karena tools desain supply chain memberikan solusi optimal untuk setiap skenario.
Justifikasi yang ketat ini bisa membantu Anda memenangkan hati rekan kerja Anda di seluruh organisasi. Dengan begitu, akan mempercepat implementasi konfigurasi supply chain yang baru.
Semoga bermanfaat!
“Bagikan artikel ini pada tim atau rekan Anda supaya mereka juga bisa mendapatkan manfaatnya. Pastikan juga Anda bergabung dengan scmguide telegram channel untuk mendapatkan artikel-artikel penting seputar supply chain management lainnya karena bakal banyak lagi yang akan saya bagikan di channel tersebut. Semoga bermanfaat!”