Maret 19, 2024

7 Cara Efektif Mengurangi Bullwhip Effect

Kalau Anda bertanya-tanya bagaimana cara mengurangi bullwhip effect, Anda tepat berada di sini. Karena itulah yang akan kita bahas pada artikel kali ini.

Kita akan membahas secara luas apa itu bullwhip effect, apa yang menyebabkannya, dan apa beberapa strategi untuk menjaga supaya bullwhip effect ngga berdampak negatif pada bisnis Anda.

Tapi, sebelum kita masuk lebih jauh, pastikan juga Anda sudah bergabung dengan scmguide telegram channel supaya Anda ngga ketinggalan update artikel-artikel bermanfaat lainnya dari blog ini.

Apa itu bullwhip effect?

Bullwhip effect (juga kita kenal sebagai efek “whiplash” atau “whipsaw”) dalam supply chain management mengacu pada fenomena peningkatan fluktuasi inventory sebagai respons terhadap pergeseran permintaan customer saat seseorang bergerak lebih jauh ke atas supply chain.

Dengan kata lain, inventory berayun dalam “gelombang” yang lebih besar dan lebih besar lagi sebagai respons terhadap permintaan customer, yang bertindak sebagai “pegangan cambuk”.

“Gelombang” cambuk paling besar akan menghantam supplier bahan baku. Itu membuat mereka melihat variasi permintaan paling besar dalam menanggapi perubahan permintaan customer.

Bullwhip effect terjadi ketika keputusan kecil di akhir supply chain punya efek yang diperkuat semakin jauh ke bawah supply chain mereka.

Ada bahaya khusus terkait ini karena permintaan dalam supply chain meningkat.

Misalnya begini. Pengecer bisa memesan 5% lebih banyak stok. Itu membuat produsen yang memasoknya memesan 10% lebih banyak bahan untuk membuat produk tersebut. Mereka berasumsi pasar untuk produk tersebut meningkat.

Pembuat bahan baku kemudian memesan 20% lebih banyak bahan untuk memproduksi bahan baku. Begitu seterusnya. Semakin ke belakang, semakin membesar.

Pada titik tertentu, ketika permintaan turun dan pengecer memesan lebih sedikit stok, di sinilah terjadi masalah. Produsen di supply chain terjebak dengan peningkatan jumlah inventory berlebih yang harus mereka selesaikan.

Sejumlah kecil bullwhip effect bisa menyehatkan, karena itu menciptakan bantalan kalau situasi permintaan berubah menjadi ekstrem lainnya.

cara mengurangi bullwhip effect

Tapi, sering kali bullwhip effect bisa lepas kendali dan merugikan perusahaan dalam supply chain, terutama di akhir di mana whiplash terjadi paling kuat.

Bullwhip effect terbalik (reverse) adalah skenario yang serupa, tapi bedanya ini disebabkan oleh permintaan yang fluktuatif, sementara produksi tetap konstan.

Kadang-kadang, bullwhip effect dan reverse bullwhip bisa bergabung, menciptakan ketidakstabilan di kedua ujungnya.

Salah satu contohnya bisa kita lihat pada dampak virus corona terhadap pasokan medis buatan China di awal pandemi 2020.

Pasokan tertentu, seperti masker bedah mengalami lonjakan permintaan yang sangat besar, sementara pabrik-pabrik di China mengalami kesulitan untuk memulai kembali produksi karena mereka ngga punya pasokan untuk itu.

Meskipun artikel ini sebagian besar membahas cara menghindari bullwhip effect, beberapa tips ini juga bisa Anda gunakan untuk mengatasi kombinasi kedua efek tersebut.

Apa yang menyebabkan bullwhip effect?

Bullwhip effect bisa disebabkan oleh sejumlah besar faktor yang berkontribusi, tapi beberapa penyebab paling umumnya seperti berikut ini.

Kesalahan forecast

Anda tentu tahu, keputusan di setiap mata rantai supply chain dibuat berdasarkan forecast permintaan untuk bisnis. Kesalahan dalam forecast menyebabkan kesalahan perhitungan yang diperbesar saat mereka bergerak ke atas supply chain.

Order batching

Membuat pesanan dengan frekuensi lebih sering, dalam jumlah kecil, menciptakan lebih sedikit bullwhip effect daripada membuat pesanan jumlah lebih besar dalam frekuensi lebih jarang.

Dengan order batching, pengecer membuat pesanan ke supplier sekali per bulan (bukan beberapa kali sepanjang bulan). Ini yang menciptakan permintaan yang ngga konsisten untuk supplier dari waktu ke waktu.

Lead time

Lead time adalah rentang waktu antara saat pesanan dibuat dan saat diterima.

Gagal mempertimbangkan lead time saat mengelola inventory bisa menyebabkan kelebihan stok produk. Pada gilirannya, itu akan menghasilkan perubahan permintaan supplier dari waktu ke waktu, yaitu bullwhip effect.

Anda juga pasti suka:

Obral dan potongan harga

Obral dan diskon menciptakan siklus boom-and-bust.

cara mengurangi bullwhip effect

Banyak penjualan produk terjadi selama masa promosi, yang kemudian diikuti dengan penurunan tingkat penjualan.

Siklus ini beriak melalui supply chain, menghasilkan bullwhip effect.

Bullwhip effect ada di semua supply chain dan merupakan akar dari siklus boom-and-bust di banyak operasi.

Kalau Anda membiarkan itu, efeknya bisa merugikan bisnis Anda. Itulah sebabnya, sangat penting untuk mengelolanya secara proaktif, seperti yang akan kita lihat nanti di bawah.

Apa yang terjadi ketika bullwhip effect menyentuh supply chain?

Sama seperti fluktuasi riak permintaan di seluruh supply chain, bullwhip effect bisa punya konsekuensi serius di semua aspek bisnis:

  • Terlalu banyak inventory, akan menyebabkan peningkatan biaya penyimpanan inventory
  • Pesanan yang ngga terpenuhi
  • Layanan customer yang buruk
  • Kehilangan pendapatan
  • Forecast permintaan yang salah arah
  • Jadwal produksi yang terlewat

7 cara efektif mengurangi bullwhip effect

Betul, sebagian besar supply chain akan mengalami bullwhip effect sampai tingkat tertentu. Tapi bukan berarti Anda harus membiarkannya begitu saja. Setidaknya ada 7 cara efektif untuk mengurangi dan mengontrol efeknya.

Ngga ada “peluru ajaib” tunggal untuk menjaga supaya bullwhip effect ngga mempengaruhi perusahaan Anda.

Tapi, Anda bisa menggunakan kombinasi langkah-langkah dan strategi pencegahan berikut ini untuk menstabilkan supply chain Anda, dan menjaga supaya bullwhip effect ngga menjadi destruktif.

Terima dan pahami bullwhip effect

Langkah pertama dan paling penting untuk menuju perbaikan adalah pengakuan akan adanya bullwhip effect.

Banyak perusahaan gagal mengakui kalau inventory penyangga yang tinggi ada di seluruh supply chain mereka.

Analisis stok terperinci titik inventory dari toko ke supplier bahan baku, akan membantu Anda mengungkap kelebihan inventory yang menganggur.

Manajer supply chain selanjutnya bisa menganalisis alasan terjadinya kelebihan inventory tersebut. Mereka harus mengambil tindakan korektif dan menetapkan standar.

Merampingkan supply chain Anda

Mengurangi jumlah supplier, dan jumlah tingkatan dalam supply chain Anda, bisa menciptakan komunikasi yang lebih baik antar tim dan mengurangi “ayunan” yang menciptakan bullwhip effect.

cara mengurangi bullwhip effect

Memanfaatkan teknologi otomatisasi supply chain bisa membantu Anda menghubungkan semua aspek supply chain dan mengkonsolidasikan saluran komunikasi.

Berkomunikasilah dengan jelas ke bawah supply chain.

Pastikan semua orang tahu apa yang customer akhir butuhkan, dan perusahaan di setiap tingkatan tahu kelebihan inventory dari supplier dan customer mereka.

Pada saat yang sama, pastikan ada komunikasi yang efektif dan berbagi informasi antar departemen internal untuk menghindari kesalahan pemesanan.

Berkomunikasi secara teratur dengan customer Anda juga penting untuk memastikan Anda punya forecast yang akurat dan terkini.

Ketahui inventory mereka, musim sibuk, forecast, dan tingkat permintaan pasar mereka.

Kurangi lead time dan keterlambatan. Memotong waktu pengiriman menjadi setengahnya bisa mengurangi bullwhip effect sampai 80%.

Semakin cepat bahan bergerak melalui rantai Anda untuk menjadi produk jadi, semakin banyak inventory yang ngga menumpuk di suatu tempat.

Anda bisa mengirimkan beberapa jenis barang per truk, atau menggunakan logistik pihak ketiga, untuk terus membantu menghemat biaya pengiriman dengan pesanan yang lebih kecil.

Dalam cara yang sama, hindari bottleneck dengan menjaga suku cadang ekstra dari suku cadang penting dan mengurangi waktu pemesanan.

Tingkatkan akurasi forecast Anda

Anda bisa melibatkan peningkatan software Anda, tapi ngga harus juga.

Anda juga bisa mengumpulkan masukan dari tim penjualan dan customer Anda, dan mengevaluasi algoritme untuk melihat apakah itu yang tepat untuk perusahaan dan pasar Anda.

Forecast ngga bisa sempurna setiap saat; banyak bisnis mengatasi fakta ini dengan menjaga safety stock, sebuah praktik yang bisa menciptakan bullwhip effect.

Untuk menghindari hal ini, Anda perlu secara akurat mengidentifikasi permintaan yang diperkirakan dan mengkolaborasikan kegiatan perencanaan dan forecasting mereka dengan setiap peserta supply chain, yang memfasilitasi visibilitas yang lebih baik melalui informasi yang dibagikan.

Hal ini pada akhirnya mengurangi variabilitas dalam ketidakpastian permintaan dan perencanaan produksi, memecahkan bullwhip effect, dan mengarah pada forecast yang lebih baik dan safety stock yang lebih rendah.

Anda juga pasti suka:

Optimalkan manajemen inventory

Melacak tingkat stok, pesanan, dan permintaan dengan software manajemen inventory bisa menghasilkan pemesanan yang lebih akurat ke supplier, mengurangi bullwhip effect.

Perhitungkan stok terperinci, ngga cuma inventory Anda sendiri, tapi juga inventory supplier Anda.

Banyak perusahaan ngga menyadari seperti apa inventory supplier mereka.

Ketika bullwhip effect berlaku, supplier Anda mungkin punya banyak inventory cadangan, atau mereka bisa menurunkan tingkat inventory mereka tepat saat Anda melihat kebutuhan untuk pesanan yang lebih besar.

Evaluasi ulang secara konsisten jumlah safety stock yang Anda punya, serta inventory minimum dan maksimum Anda. Pastikan mereka sesuai dan lakukan penyesuaian seperlunya.

Gunakan pelaporan reguler dan sistem peringatan dini untuk membantu mengevaluasi faktor-faktor ini, dan mendasarkan jumlah inventory di setiap wilayah pada jumlah permintaan yang ada di wilayah tersebut.

Minimalkan obral dan diskon

Mempertahankan titik harga yang stabil, bahkan selama fluktuasi pasar, mengurangi bullwhip effect dengan mendorong aliran permintaan customer yang teratur.

Bisnis pakaian dan aksesoris bisa mengurangi bullwhip effect dengan jarang mengadakan obral atau memberikan diskon, alih-alih memilih untuk menjaga harga tetap rendah sepanjang tahun dengan model direct-to-consumer yang cerdas.

Kalau perusahaan Anda adalah pengecer, gunakan harga standar rendah daripada obral.

Obral bisa membuat customer yang mencoba untuk mendapatkan kesepakatan menjadi terburu-buru.

Kalau perusahaan Anda mengizinkan pengembalian dari customer, pastikan mereka ngga punya banyak alasan untuk mengembalikan, atau membatalkan pesanan, dengan menawarkan perbaikan atau meningkatkan persyaratan kualitas Anda.

Kurangi ukuran pesanan dan pesan lebih sering

Ini memungkinkan Anda untuk merespons aktivitas pasar dengan lebih gesit, yang juga bisa membantu dengan reverse bullwhip effect.

Pastikan rencana produksi Anda juga menyisakan cukup waktu untuk memesan bahan untuk itu, karena ngga mempertimbangkan lead time bisa membuat Anda kelebihan stok.

Supply chain yang digerakkan oleh permintaan juga bisa membantu, karena menghilangkan kebutuhan untuk membuat perencanaan di awal.

Menawarkan diskon massal memang bisa menarik customer, tapi juga meningkatkan tingkat inventory yang ngga perlu dan memperbesar bullwhip effect.

Mendorong pesanan sesuai dengan kebutuhan customer, alih-alih diskon massal, membantu mengurangi bullwhip effect.

Alasan lain untuk batch pesanan besar adalah tingginya biaya transportasi.

Truk bermuatan penuh seringkali jauh lebih ekonomis daripada truk yang kurang penuh.

Salah satu solusi untuk masalah ini adalah penggunaan penyedia logistik pihak ketiga (3PL).

3PL punya banyak customer. Mereka bisa menggabungkan pesanan dari beberapa customer yang berbeda, yang memungkinkan untuk memesan muatan truk yang kurang dari penuh dengan harga yang lebih rendah.

Gunakan teknologi untuk membantu Anda

Portal supplier bisa membantu komunikasi, dan software otomatisasi supply chain bisa mempercepat proses dan merampingkan supply chain Anda.

Anda juga bisa menggunakan teknologi manajemen inventory untuk menghindari human error dan menghemat waktu.

Kesimpulan

Membuat supply chain Anda tahan terhadap bullwhip effect tentu bukan proses yang bisa terjadi dalam semalam.

Tapi saya harap dengan menerapkan beberapa taktik di atas secara strategis, Anda akan lebih mampu mengendalikannya di tengah segala macam kondisi pasar.

Karena semakin banyak bisnis mulai menyadari dampak bullwhip effect, pengambil keputusan akan mencari cara yang lebih baik untuk meningkatkan informasi yang diteruskan di sepanjang supply chain dan merampingkan proses supply chain management.

Perusahaan yang berpikiran maju akan mulai mengembangkan “value pricing” dan produk yang lebih murah untuk mengurangi bullwhip effect.

Forecast permintaan bisa menjadi lebih menantang karena pola permintaan berubah dan bullwhip effect berlanjut, yang bisa membuat bisnis menggunakan metode forecasting berdasarkan perencanaan skenario masa depan daripada pola historis.

Semoga bermanfaat!

“Bagikan artikel ini pada tim atau rekan Anda supaya mereka juga bisa mendapatkan manfaatnya. Pastikan juga Anda bergabung dengan scmguide telegram channel untuk mendapatkan artikel-artikel penting seputar supply chain management lainnya karena bakal banyak lagi yang akan saya bagikan di channel tersebut. Semoga bermanfaat!”

Avatar photo

Dicky Saputra

16+ tahun berkecimpung di bidang supply chain management. Saya membantu perusahaan meningkatkan kinerja supply chain secara keseluruhan.

View all posts by Dicky Saputra →